Kamis, 09 Mei 2013

A Real Family

Sudah lama gak mulai nulis lagi di blog ini, sebenernya udah mau nulis dari beberapa minggu yang lalu tapi gak tau aja mau ngomongin apa. Nah, kebetulan hari ini habis nonton The Odd Life of Timothy Green, jadi terinspirasi buat nulis tentang apa yang saya 'tangkap' atau apa yang bisa saya ambil dari film itu. Sebuah keluarga yang sebenarnya. Ya, maksud dari keluarga yang sebenarnya disini itu adalah sepasang suami-istri dengan anak mereka. Anak yang benar-benar darah daging mereka. Menurutku, itulah impian terbesar sepasang suami-istri ketika mereka sudah berkomitmen untuk bersama selamanya. Can you imagine that? ada berapa banyak pasangan di dunia ini yang tidak dikaruniai seorang anak-pun dan betapa mereka mengharapkan itu? And the other side, banyak pula yang memilih untuk membunuh anak mereka seperti mengaborsikan kandungannya atau hal-hal lain semacam itu yang dilakukan bukan dengan alasan medis. Atau orangtua yang dengan sengaja memilih untuk menelantarkan anak-anak mereka, yang sebagian besar mereka 'tinggalkan' di panti asuhan atau semacamnya. You know, that's not "Because, there's no choice", but you choose that. Kita yang memilih untuk melakukan hal itu sementara banyak pilihan yang lain yang bisa kita pilih. Look around, masih banyak pasangan yang memimpikan seorang anak. Berapa banyak pasangan yang sangat menyukai anak-anak tetapi tidak dikaruniai seorang anak-pun. Berapa banyak calon orangtua yang berusaha untuk mengajukan permohonan ke nagara agar bisa mengadopsi seorang anak secara sah. Berapa banyak pasangan yang berusaha mati-matian dengan cara apapun agar dapat memiliki anak, dari melakukan inseminasi buatan sampai menjalani program bayi tabung. Namun, ada berapa banyak pula orangtua yang sangat beruntung karena memiliki anak kandung, menyia-nyiakan anak mereka. Pernahkah terpikir oleh kita seberapa besar usaha meraka agar memiliki anak? Ada yang mati-matian agar bisa mengadopsi anak, dan pasangan itu benar-benar menyayangi anak itu meskipun anak yang mereka adopsi berbeda ras atau semacamnya. Pasangan-pasangan itu benar-benar sangat menginginkan mereka, bahkan melebihi orangtua biologis anak-anak tersebut yang dengan sengaja ditinggalkan. Memang saya belum menikah dan belum cukup mengerti tentang masalah ini. Tetapi, saya bisa merasakan semangat, impian, harapan, dan cinta dari pasangan-pasangan yang sangat menginginkan kehadiran seorang anak. Kita-pun sebagai seorang anak yang dengan sangat beruntungnya diinginkan oleh orangtua kita dan disayangi oleh orangtua kita seharusnya bisa membahagiakan orangtua kita. Yang saya tahu dari orangtua saya, para orangtua tidak mengharapkan kita dapat memberikan rumah mewah, mobil mewah, fasilitas rumah yang lengkap, uang, atau hal-hal semacam itu. Mereka sudah bahagia dengan melihat kita para anak dapat hidup dengan benar, dengan sehat, selalu berada disamping mereka, dan mengingat mereka. Hal-hal kecil semacam itulah yang sebenarnya sangat berarti bagi mereka. Pernah kebayang gak, seberapa senangnya mereka ketika mendengar kita mengucapkan kata "Mama" dan "Papa" untuk pertama kalinya? Atau betapa bersemangatnya mereka ketika melihat kita dapat berjalan untuk pertama kalinya. Betapa bahagianya mereka melihat wajah kecil kita dulu tersenyum kepada mereka. Mereka benar-benar menyimpan memori itu didalam hati mereka tanpa kita ketahui. Bagi orangtua yang mengadopsi anak-pun juga sama halnya seperti itu. Bagaimana terharunya mereka ketika melihat anak yang mereka adopsi dapat memanggil mereka dengan sebutan "Ayah" dan "Ibu". Kita tidak pernah benar-benar tahu bagaimana perasaan semacam itu sampai kita benar-benar menjadi. Untuk sekarang kita hanya bisa mersakan, merasakan seberapa kasih sayang dan pengorbanan mereka.